Suara Orang Muda Tolak Jadi Target Industri Rokok Menggema Hingga Internasional
Suara Orang Muda Tolak Jadi Target Industri Rokok Menggema Hingga Internasional
Washington D.C, 9 Mei 2025 –
Di tengah tantangan tinggi prevalensi merokok di Indonesia, suara orang muda dari Tanah Air menggema hingga ke Washington D.C., Amerika Serikat. Manik Marganamahendra, pemuda asal Indonesia yang juga Ketua Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC), dinobatkan sebagai Global Young Ambassador of the Year oleh Campaign for Tobacco-Free Kids (CTFK).
Penghargaan ini tidak hanya sekadar atas pengakuan dedikasi personal Manik, tetapi juga konsistensi gerakan kolektif orang muda Indonesia dalam mendorong perubahan kebijakan pengendalian rokok. Dalam pidato penerimaannya, Manik tidak hanya menyuarakan perjuangan, tapi juga mengungkap sisi personal yang menggerakkannya.
“Sembilan tahun lalu ketika mahasiswa, saya bersama teman-teman di Universitas Indonesia memprotes pameran industri rokok dan hampir masuk penjara. Kami hampir kehilangan kebebasan karena berjuang agar industri ini tidak lagi menargetkan orang muda sebagai konsumen mereka. Tapi justru dari situ saya belajar bahwa keberanian sekecil apa pun, ternyata bisa menyalakan api perubahan,” ujar Manik dalam forum penghargaan yang turut dihadiri perwakilan Kedutaan Besar RI untuk AS, Bapak Sade Bimantara.
Pengalaman itu menjadi awal dari perjuangannya, yang kini juga menjadi kisah ribuan orang muda lain yang menolak menjadi target industri rokok. “Ini bukan tentang saya. Ini untuk generasi muda yang terus membawa obor perjuangan. Ini juga tentang keluarga kami yang terdampak. Ayah saya dulunya adalah perokok berat dan kini beliau tidak mampu lagi berjalan atau berbicara seperti dulu. Saya rindu suaranya dan itulah alasan mengapa saya berdiri di sini,” sambungnya.
Indonesia menghadapi tantangan serius dalam pengendalian konsumsi rokok. Lebih dari 70% laki-laki dewasa di Indonesia adalah perokok aktif. Angka ini tidak hanya mencerminkan krisis kesehatan, tetapi juga krisis sosial dan ekonomi. Data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan bahwa 7,4% dari perokok aktif adalah remaja usia 10–18 tahun, angka yang seharusnya menjadi alarm bagi bangsa.
Meskipun pemerintah telah menerapkan regulasi baru, yaitu Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2024 tentang Kesehatan, yang didalamnya termasuk menaikkan usia minimum pembelian rokok menjadi 21 tahun dan melarang penjualan rokok eceran serta iklan di media sosial, tantangan dalam implementasi dan penegakan hukum tetap ada.
Lebih dari sekadar masalah kesehatan, Riset PKJS-UI, 2022 membuktikan bahwa konsumsi rokok yang tinggi berdampak pada kesejahteraan rumah tangga, mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan pendidikan dan nutrisi. Asap rokok di lingkungan rumah bahkan menjadikan anak-anak, maupun bayi dalam kandungan sebagai korban pasif yang tidak pernah memilih untuk terpapar, bahkan sebaliknya meningkatkan risiko fenomena stunting.
Di tengah tantangan itu, orang muda tidak tinggal diam. Mereka membentuk barisan perlawanan. IYCTC, bersama berbagai organisasi dan mitra pemerintah, telah berperan aktif dalam mendorong regulasi yang lebih kuat.
Penghargaan yang diterima Manik bukan sekadar simbol prestasi. Ini adalah pengakuan global bahwa gerakan orang muda Indonesia berdampak. Momentum ini pun bertepatan dengan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) yang jatuh pada 31 Mei mendatang, momen yang seharusnya menjadi refleksi bersama atas arah kebijakan kesehatan nasional..
Pemerintah Indonesia sendiri pernah menargetkan penurunan prevalensi perokok pemula dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Namun, realisasinya perokok anak masih tinggi dan masih menghadapi tantangan implementasi di lapangan
“Orang muda harus menolak menjadi target pemasaran industri rokok. Justru kita harus memimpin kesadaran dan perubahan, karena ketika nanti sejarah menoleh kebelakang, kita dikenal sebagai generasi yang memilih berdiri untuk kesehatan dan keadilan,” tutup Manik dalam pidatonya
Penghargaan ini menjadi pengingat bahwa perubahan tidak hanya datang dari ruang-ruang legislatif atau birokrasi tinggi. Kadang, perubahan dimulai dari suara lantang orang muda di jalan, kampus, hingga komunitas lokal. Dan kini, dunia mulai mendengarnya. Dengan dukungan dan kolaborasi yang berkelanjutan, diharapkan perjuangan orang muda Indonesia berpeluang nyata untuk menghentikan siklus perokok baru dan menyelamatkan generasi berikutnya.